Translate

Minggu, 05 Juli 2015

EKC Ngeblog Week - 3 (The Sickness) A Touching Memory Dae-Chizu by Keisha Sarang


Konbawa minna-saaann~!

Ketemu lagi sama Abe, di sabtu malam ini :” kali ini dengan doa dan dukungan dari temen-temen grup #EKCNgeblog, akhirnya Abe bisa posting lagi /elapingus/ Abe mau minta maap sama kak El, soalnya ngaret banget ini postnya fufufufu x_x /sungkem/

Baiklah, kali ini sesuai dengan tema #EKCNgeblog Week 3 ‘The Sickness’, maka Abe akan mengulas novel karya Keisha Sarang. ‘1000 Burung kertas untuk Dae’ atau ‘A Touching Memory Dae-Chizu’


Awal cerita kita bakal di suguhin indahnya Hanami di kota penuh kenangan, Kyoto. Disini baru intro, pengenalan karakter Chizu yang cerdas, ingin tahu segalanya, dan sedikit ambisius? /mungkin/ dan ayahnya Chizu. Ken. Seorang dosen di Universitas Kyoto. Ken ini di gambarkan orang yang idealis, keras kepala dan sama cerdasnya seperti Chizu, Ken adalah seorang single parent karena ibunya Chizu meninggal ketika Chizu masih bayi.

Ken berasal dari keluarga biasa saja, sedangkan Ibunya Chizu ini masih keturunan bangsawan di Jepang. Keluarga dari ibu Chizu melarang pernikahan mereka, tapi ibu Chizu kekeuh menikah dan Ken yang akhirnya membuat dia harus di depak dari keluarga karena masalah status sosial.

Kehidupan pernikahan mereka ngga mulus. Ken terus memaksa ibu Chizu untuk sekolah dan menyelesaikan pendidikannya di universitas semata-mata hanya ingin membuktikan, bahwa dengan hidup dengan Ken, ibu Chizu tidak akan putus sekolah atau menderita. Di akhir kehamilannya, ibu Chizu memilih tidak menghadiri perpisahan untuk melahirkan Chizu yang berujung dengan maut karena pendarahan hebat. Ken terpukul, mulai dari situ. Dia bertekad membesarkan Chizu dengan baik dan tidak akan mencari wanita lain.

Bertahun-tahun kemudian, Chizu tumbuh jadi gadis kecil yang periang, aktif, cerdas dan memiliki rasa ingin tahu yang besar ketimbang teman-temannya. Ini di sebabkan karena Ken sering memberinya buku-buku pengetahuan yang memancing rasa ingin tahu putrinya.
Suatu hari, Ken mendapat tugas untuk meneliti sebuah kuil di Korea Selatan. Dan memaksa mereka pindah ke Gyeongju. Chizu awalnya keberatan dan terus bertanya kenapa dia harus ikut ayahnya ke Gyeongju? Bisakah dia tetap menetap di Kyoto saja?

Tapi, dengan segala usaha dan bujukan Ken. Akhirnya mereka pindah ke Gyeongju.

Chizu mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya, Ken memasukkan Chizu ke sekolah alam yang biasa-biasa saja karena jika dia memasukkan Chizu ke sekolah favorit atau mahal, yang ada Chizu hanya berbicara dengan PC dan gurunya saja. tidak dengan temannya.

Hari-hari Chizu sebagai murid baru dimulai. Dia duduk bersama seorang murid lelaki yang biasa saja. Kim Dae Chin namanya, nama yang berarti ‘the Greatness of Greatness’. Selanjutnya, mereka mulai bersahabat seperti anak-anak pada umumnya. 

Hingga satu per satu konflik muncul, dimulai dengan Bin si anak nakal dan sakitnya Dae. Chizu amat terpukul mendengar penyakit yang di derita Dae dan dia mulai berusaha bagaimana caranya untuk menyembuhkan Dae.

Tapi apa daya, kondisi Dae semakin melemah dan perlahan rambut di kepalanya mulai rontok. Chizu dengan aksi nekatnya memangkas habis rambutnya agar nampak seperti Dae dan ini membuat Ken marah, tapi di sisi lain dia juga merasa terenyuh dengan putrinya. Dengan semua yang dilakukan Chizu untuk Dae.

Tidak ada kepastian, hanya harapan. Begitulah. Kondisi Dae bertambah buruk di setiap harinya, Chizu sendiri mulai gelisah. Dia ingat, dia pernah membaca artikel tentang tsuru (Re : Orgami burung kertas/burung dari surga) yang akan mengabulkan permintaan jika berjumlah 1000, dan dari situ scene penuh haru di mulai.

Chizu mati-matian meminta bantuan orang di sekitarnya untuk membuat burung-burung kertas, hingga ketika burung kertas itu dirasa sudah berjumlah 1000. Chizu mengunjungi Dae yang tengah sekarat dan kemudian meninggal.

Terpuruk. Jelas. Di usia mudanya, Chizu harus mengalami kehilangan terbesar dalam hidupnya. Ken yang tidak ingin anaknya trauma memutuskan untuk membawa Chizu kembali ke Kyoto. Ketika di perjalanan, Chizu mulai mengingat-ingat. Kenapa 1000 burung kertasnya tidak menolong Dae. Dan akhirnya dia sadar, bahwa burung yang di buatnya tidak genap 1000. Melainkan hanya 999 saja. Chizu meminta Ken membukakan kaca jendela pesawat untuk menerbangkan burungnya yang tertinggal dan Ken sendiri akhirnya menyetujuinya dengan syarat burung itu akan di terbangkan oleh pramugari dan Chizu menyetujuinya.

“Dae, sahabat itu seperti kedua mata kita..
Berkedip, melihat dan memejam sama-sama..
Kamu tahu? Namaku kini berubah menjadi Dae Chizu Keiko sebagai lambang persahabatanku denganmu..”
—Kisah Indah 1000 Burung Surga Untukmu—


Oke, memang. Ulasan Abe sedikit ngga nyambung. –efek sakit dan ngga buka buku—but, trust me. Isi bukunya nyambung sama tema kok. Hanya saja, Abe ngga bisa menjabarkan scene-scene sakit itu *.* /selftoyor/
Kayanya, sekian dulu postingan dari Abe. Mengingat bundo dan papih sudah bersiaga di depan mata, maka Abe akhiri sampai disini /lho?/ XD becandaaaa~
Sampai Jumpa minggu depan! Salam manis dari pacarnya Furukawa Yuki, selingkuhannya Shawn Mendes dan Luke Hemmings \m/ XD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar