Konbawa minna-saaann~!
Ketemu lagi sama Abe, di sabtu malam ini :” kali ini dengan
doa dan dukungan dari temen-temen grup #EKCNgeblog, akhirnya Abe bisa posting
lagi /elapingus/ Abe mau minta maap sama kak El, soalnya ngaret banget ini
postnya fufufufu x_x /sungkem/
Baiklah, kali ini sesuai dengan tema #EKCNgeblog Week 3 ‘The
Sickness’, maka Abe akan mengulas novel karya Keisha Sarang. ‘1000 Burung
kertas untuk Dae’ atau ‘A Touching Memory Dae-Chizu’
Awal cerita kita bakal di suguhin indahnya Hanami di kota
penuh kenangan, Kyoto. Disini baru intro, pengenalan karakter Chizu yang
cerdas, ingin tahu segalanya, dan sedikit ambisius? /mungkin/ dan ayahnya
Chizu. Ken. Seorang dosen di Universitas Kyoto. Ken ini di gambarkan orang yang
idealis, keras kepala dan sama cerdasnya seperti Chizu, Ken adalah seorang
single parent karena ibunya Chizu meninggal ketika Chizu masih bayi.
Ken berasal dari keluarga biasa saja, sedangkan Ibunya Chizu
ini masih keturunan bangsawan di Jepang. Keluarga dari ibu Chizu melarang
pernikahan mereka, tapi ibu Chizu kekeuh menikah dan Ken yang akhirnya membuat
dia harus di depak dari keluarga karena masalah status sosial.
Kehidupan pernikahan mereka ngga mulus. Ken terus memaksa
ibu Chizu untuk sekolah dan menyelesaikan pendidikannya di universitas
semata-mata hanya ingin membuktikan, bahwa dengan hidup dengan Ken, ibu Chizu
tidak akan putus sekolah atau menderita. Di akhir kehamilannya, ibu Chizu
memilih tidak menghadiri perpisahan untuk melahirkan Chizu yang berujung dengan
maut karena pendarahan hebat. Ken terpukul, mulai dari situ. Dia bertekad membesarkan
Chizu dengan baik dan tidak akan mencari wanita lain.
Bertahun-tahun kemudian, Chizu tumbuh jadi gadis kecil yang
periang, aktif, cerdas dan memiliki rasa ingin tahu yang besar ketimbang
teman-temannya. Ini di sebabkan karena Ken sering memberinya buku-buku
pengetahuan yang memancing rasa ingin tahu putrinya.
Suatu hari, Ken mendapat tugas untuk meneliti sebuah kuil di
Korea Selatan. Dan memaksa mereka pindah ke Gyeongju. Chizu awalnya keberatan
dan terus bertanya kenapa dia harus ikut ayahnya ke Gyeongju? Bisakah dia tetap
menetap di Kyoto saja?
Tapi, dengan segala usaha dan bujukan Ken. Akhirnya mereka
pindah ke Gyeongju.
Chizu mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya, Ken
memasukkan Chizu ke sekolah alam yang biasa-biasa saja karena jika dia
memasukkan Chizu ke sekolah favorit atau mahal, yang ada Chizu hanya berbicara
dengan PC dan gurunya saja. tidak dengan temannya.
Hari-hari Chizu sebagai murid baru dimulai. Dia duduk
bersama seorang murid lelaki yang biasa saja. Kim Dae Chin namanya, nama yang
berarti ‘the Greatness of Greatness’.
Selanjutnya, mereka mulai bersahabat seperti anak-anak pada umumnya.
Hingga satu per satu konflik muncul, dimulai dengan Bin si
anak nakal dan sakitnya Dae. Chizu amat terpukul mendengar penyakit yang di
derita Dae dan dia mulai berusaha bagaimana caranya untuk menyembuhkan Dae.
Tapi apa daya, kondisi Dae semakin melemah dan perlahan
rambut di kepalanya mulai rontok. Chizu dengan aksi nekatnya memangkas habis
rambutnya agar nampak seperti Dae dan ini membuat Ken marah, tapi di sisi lain
dia juga merasa terenyuh dengan putrinya. Dengan semua yang dilakukan Chizu
untuk Dae.
Tidak ada kepastian, hanya harapan. Begitulah. Kondisi Dae
bertambah buruk di setiap harinya, Chizu sendiri mulai gelisah. Dia ingat, dia
pernah membaca artikel tentang tsuru
(Re : Orgami burung kertas/burung dari surga) yang akan mengabulkan permintaan jika berjumlah
1000, dan dari situ scene penuh haru di mulai.
Chizu mati-matian meminta bantuan orang di sekitarnya untuk
membuat burung-burung kertas, hingga ketika burung kertas itu dirasa sudah
berjumlah 1000. Chizu mengunjungi Dae yang tengah sekarat dan kemudian
meninggal.
Terpuruk. Jelas. Di usia mudanya, Chizu harus mengalami
kehilangan terbesar dalam hidupnya. Ken yang tidak ingin anaknya trauma
memutuskan untuk membawa Chizu kembali ke Kyoto. Ketika di perjalanan, Chizu
mulai mengingat-ingat. Kenapa 1000 burung kertasnya tidak menolong Dae. Dan
akhirnya dia sadar, bahwa burung yang di buatnya tidak genap 1000. Melainkan
hanya 999 saja. Chizu meminta Ken membukakan kaca jendela pesawat untuk
menerbangkan burungnya yang tertinggal dan Ken sendiri akhirnya menyetujuinya
dengan syarat burung itu akan di terbangkan oleh pramugari dan Chizu
menyetujuinya.
“Dae, sahabat itu seperti kedua
mata kita..
Berkedip, melihat dan memejam
sama-sama..
Kamu tahu? Namaku kini berubah
menjadi Dae Chizu Keiko sebagai lambang persahabatanku denganmu..”
—Kisah Indah 1000 Burung Surga
Untukmu—
Oke, memang. Ulasan Abe sedikit ngga nyambung. –efek sakit
dan ngga buka buku—but, trust me. Isi bukunya nyambung sama tema kok. Hanya saja,
Abe ngga bisa menjabarkan scene-scene sakit itu *.* /selftoyor/
Kayanya, sekian dulu postingan dari Abe. Mengingat bundo dan
papih sudah bersiaga di depan mata, maka Abe akhiri sampai disini /lho?/ XD
becandaaaa~
Sampai Jumpa minggu depan! Salam manis dari pacarnya
Furukawa Yuki, selingkuhannya Shawn Mendes dan Luke Hemmings \m/ XD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar